Libas Australia dan Timor Leste, 2 Pelajar Lasem ini Boyong Emas dari Pencak Silat di Banyuwangi

oleh -3,936 views

Seputarmuria.com, REMBANG – Tak disangka dan tak diduga, dua pelajar asal Sendangasri, Kecamatan Lasem ini bisa memboyong emas di ajang prestasi pencak silat internasional di Gor Tawangalun, Banyuwangi – Jawa Timur pada Sabtu (15/2/2020) dan Minggu (16/2/2020) kemarin.

Mereka adalah Isa Abdussalam (17) kelas XI IPA dan Bagus Wicaksono (18) kelas XII IPA siswa dari SMA N 1 Lasem – Rembang.

Saat turnamen terbuka yang dihelat oleh ivent internasional “Banyuwangi International Championship 1” itu, Isa mendaftar sebagai peserta pencak silat di kelas E. Sedangkan Bagus Wicaksono di kelas J.

Saat berjalannya pertandingan di babak penyisihan, Isa harus menghadapi peserta dari Indonesia.

Al hasil ia bisa melaju ke babak perempat final dan harus berhadapan dengan Timor Leste.

“Dari situ, Al Hamdulillah saya bisa berhasil. Lalu di semi finalnya saya berhadapan dengan peserta asal Indonesia lagi. Kemudian, di finalnya saya melawan Australia,”beber dia mengawali ceritanya.

Tak tanggung-tanggung, dalam menghadapi Asutralia selama 10 menit, putra dari Suyono dan Siti Maslahah itu langsung mengeluarkan jurus ampuhnya hingga bisa melibas lawannya dengan skor 3:0.

“Di situ tiga dewan juri mengangkat bendera kecil untuk saya. Akhirnya, di akhir pertandingan saya menang secara tekhnik dengan skor 3:0 dari Australia itu,”ungkapnya.

Sementara, Bagus Wicaksono (18) yang masih satu desa dengan Isa menjadi peserta silat di kelas J dan bisa menang berhadapan dari tuan rumah Banyuwangi.

Sebelum menghadapi Banyuwangi, putra dari Agus dan Pasriyati ini juga berjibaku mengalahkan lawannya dari Australia.

“Kalau, Bagus di penyisihannya melawan pesilat asal Indonesia, lalu di perempat final melawan Australia, semi finalnya melawan peserta Indonesia dan di finalnya melawan tuan rumah Banyuwangi,”ucap Isa saat diwawancarai media di SMA N 1 Lasem, Selasa (18/2/2020).

Hasil emas yang diboyong Isa dan Bagus itu tentunya proses merebutnya tidak semudah membalikan telapak tangan. Mengingat perjuangan keduanya yang penuh tantangan. Khususnya saat mulai mendaftar menjadi peserta hingga kembali ke Rembang dengan riang gembira sembari membawa medali emas.

Saat ditanya, Isa mengutarakan jika ia dan Bagus mendaftar turnamen itu melalui internet 20 hari sebelum pertandingan. Saat mendaftar, ia membayar sebesar Rp. 250 ribu untuk satu peserta yang harus ditransfer ke bank yang sudah ditunjuk oleh panitia.

“Kita lihat-lihat pengumuman di internet
Lalu saya mendaftar dan membayar biaya pendaftaran secara mandiri (pribadi) Rp. 250 ribu untuk satu peserta,”paparnya.

Hanya, sebelum mendaftar mereka berdua meminta izin terlebih dahulu ke pihak sekolah apakah diperbolehkan ikut turnamen atau tidak.

Nah, dari izin yang diberikan pihak sekolah itulah mereka lalu mendaftar secara mandiri dan akhirnya menyiapkan segala sesuatunya untuk mengikuti turnamen itu di Banyuwangi Jawa Timur selama dua hari berturut-turut.

“Setelah diizinkan, Rabu (12/2/2020) sore seusai sekolah saya dan Bagus berangkat dari Lasem naik bus menuju Surabaya untuk naik kereta arah Banyuwangi,”paparnya.

Berhubung, keberangkatan Kereta api menuju Banyuwangi itu Kamis (13/2/2020) pagi, maka sesampainya di Surabaya pada Rabu malam Isa dan Bagus harus menginap di stasiun Wonokromo Surabaya.

“Sampai di Surabaya pada Rabu malam, saya dan Bagus nginap dulu di stasiun supaya Kamis pagi bisa berangkat dengan naik kreta api menuju Banyuwangi,”bebernya.

Sesampainya di Banyuwangi, mereka berdua lalu menginap di masjid sekitar arena pertandingan. Mengingat pada Jumat (14/2/2020) pagi harus berkumpul di arena pertandingan untuk mengikuti technical meeting.

“Di sini, kita memang tak ada yang mendampingi. Mau tidak mau kita harus hadir di technical meeting demi tahu informasi dan peraturan yang ada saat tanding. Setelah itu, kita mencari penginapan. Sabtu pagi kita tanding di babak penyisihan dan perempat final, lalu di Minggunya kita tanding di babak semi final dan final,”urainya.

Tak sampai di situ saja, saat pertandingan silat di kelas yang berbeda itu, Isa dan Bagus pun saling bergantian menjadi ofisial masing-masing.

“Memang kita tak ada yang mendampingi. Baik itu pelatih, ofisial, tim dan lainnya. Sehingga di saat tanding, saya jadi ofisialnya Bagus. Begitu juga sebaliknya, jika aku yang tanding, maka Bagus jadi ofisial saya. Dan untungnya waktu tandingnya tak sama dan tak tabrakan satu sama lain,”bebernya sembari tertawa kecil.

Kemudian saat didesak untuk merinci biaya yang dikeluarkan saat mendaftar hingga keberangkatan di turnamen, anak ke 4 dari 6 saudara itu mengungkapkan bahwa pengeluarannya sekitar Rp. 1 jutaan.

“Ya kalau ditotal – total ya sekitaran Rp. 1 jutaan lah. Itu biaya mandiri dari saya,”rincinya.

Di sisi lain, ia berharap ke depannya piagam dan medali emas itu bisa digunakan untuk sebagai syarat masuk ke perguruan tinggi.

“Saya sih berharap, penghargaan, piagam ini bisa membantu saya masuk ke perkuliahan ke depannya,”harap dia sembari tersenyum kecil.

Setelah pertandingan usai dan menerima medali, pada Minggu (16/2/2020) sekitar pukul 20.00 WIB waktu Banyuwangi, mereka berdua pulang dengan naik bus malam menuju Lasem Rembang.

“Selesainya itu Minggu malam jam 8 an. Lalu kita ke Ketapang (dermaga) untuk mencari bus malam pulang dan sampai Lasem Senin malam. Soalnya yang namanya bus juga kadang ngetem dulu, jalan lagi, ngetem dan jalan lagi,”pungkasnya.

Kepala SMA N 1 Lasem Santosa saat dihubungi wartawan melalui pesan WhatsApp merasa bangga atas keberhasilan anak didiknya itu.

“Dua medali emas di event internasional tentu sangat luar biasa, kami sangat mensyukuri hal ini. Semoga dengan capaian ini bisa menjadi modal semangat bagi ananda Isa dan ananda Bagus untuk melangkah di event yang lebih tinggi di masa mendatang,”tambahnya melalui WhatsApp, Senin (17/2/2020) siang.

Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah III, Sunoto begitu mengapresiasi atas prestasi – prestasi yang terus diraih oleh sekolah – sekolah di wilayah III.

“Sangat apresiasi terhadap sekolah di cabang dinas wilayah lll. Tidak pernah sepi kejuaraan baik regional, nasional bahkan internasional”, ujarnya.

Ia berharap prestasi yang ada, dapat ditiru dan dijadikan contoh sekolah lain.  (Ed)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *